Jumat, 11 Februari 2011
Kamis, 03 Februari 2011
Jiwa-jiwaku kian tak kumengerti
Terambang diantara desingan-desingan fajar
Sebab kutemukan dalam sujud penghambaan;
Teka-teki keputusan
Menghening hati, mereguk sejuk
Mem-benak rindu terlepas bebas
Masih juga tak dimengerti, tak terpahami
Setapak jalan dari sebentuk impian
Mendalami kejujuran
Akalku renuk
Jiwaku kian melelang
Kukisarkan seluruh diri, Pada pusara kosong dini
Memenuhi serah nyawa pada segala panggilan
Ada sebentuk emas disana
Hingga sampai dilepasnya ciuman subhuh
Aku kembali pada angan terambang, Gersang!
Jujurku, hati…..?
Kesucian itu masih terlampau berat kutinggalkan
Hatiku masih bertanya …..
27-11-08,subhuh
….. ada makna dibalik semua pertanda…!
Ada riuh dilorong bercecabang
Risau, galau, dan gundah menyeringai….Sadis!
Dikelopak hidup yang me-layu-kan nadi
Takut terukir di hati hanya untuk mengenalmu
Bimbang membuka bab jiwa
Sejak kutemukan dirongga jingga
Amatir kuungkap bila kukhiananti kesucian-itu
Dikamar lub-ku
Rindu tumbuh menjalar
Menggetar isythar nyawa liar
Semoga pada waktu…… Aku!
Kebekuan-didada-runcing
Kan terleleh disudut mata dalam bening
:kata “mimpi”
Tertulis disajadah usang pemahaman
Damba mendamba terdamba perjumpaan puja
Mengerti lebih dari sekedar senyuman
disamudra jiwa
Menjadi wujud terciptanya penafsiran
setetes keajaiban jingga
26-11-08, 17;59
Mentari mengatup pada dekil angkuh
Selembar daun nangka, haru!
Seharu batu putih kusam di samping pertapanku, terdiam!
Memang tak berkata…..
Dibalik dada telah menjadi hamparan pesakitan
Setelah mata bermahkotakan bunga
Api rengsa bukan berkobar, tetapi bara luka memanas
Tak kunjung sirna.
Jika anggur direguk, mestikah kita mabuk ?
Sepilu diam batu putih kusam mendalami tenang dasar jiwa
Rasakan pagi berembun suci pada aura cahaya yang masih suri
Mendung menggantung,
Selaksa langit kan menangis
Hujani jiwa- jiwa risau
Tetapi ….
Semulia tiang penyangga dukha
Batu putih nan kusam menyabdakan makna
“ Inilah adanya!
Dalam sendiri!
Melarung diri di samudra hati
Hadapi gelombang ombak
Melawan karang
Inilah adanya!
Sendiri dalam kesendirian
Tanpa selapis kafan
Tanpa teduhan
Tanpa sauh
Tapi inilah adanya,,
HAMPA!
23-11-08
Cinta mengusik taqwa dihatiku
Membredel benteng keimanan
Aku melihat mereka dipadang jiwa
Bergemuruh, berkecamuk dalam dada
Saling merenggut nyawa
Apa dunia kan mencela?
Apa firman Tuhan kan menghujat sunah-NYA mengalirkan
cinta?
Apa orang-orang suci kan membenci ?
Jika aku mencintai
Kuluapi dirimu dengan cinta
Aku tak berharap apa-apa
Aku tak mengerti
Apa kau menjerumuskan dan memalingkanku dari kebajikan?
Ataukah justru kaulah yang membawaku pada petunjuk ?
Demi Tuhan yang setiap jiwa tergenggam
dalam kasih-NYA
Aku masih mengingat dalam dzikir
Biarkan nyanyianku mengisi seluruh alam
Dan Tuhan mendekapkan pelukan
Mengecup meniupkan taqwa sebenar ke nyawa
Jika aku hilang dari kebajikan
Sungguhlah hukuman tlah telah tercipta
Jika kematian menjemput
Menyerahkan aku dan diriku pada ke-Maha-an
Dihati tiada kuharap
Kecuali bersamamu
Saat sang Rohman
Memberi pertemuan Agung
20-11-08
Sisa hujan!....
Iramamu lagu baru bagiku,
bukan diri(Ku)
Kaupun melukaiku
Mengundang sejuta persepsi jiwa
Dimana Kau berada? Atau……?
Apa kau sedang menuntunku ?
MenemuiMu.
Kau telah lama hidup
bahkan sebelum aku mengucap namaMu
Tapi Kau tak mengerti mauku,
Kau gores permata hitamku
Kau melemparku ke dunia “Pengertian”!
Berulang kali kuartikan diriMU dalam diriku
Adalah kehidupan dari berbagai “Pengertian”
Katanya kau “Intisari”
bukan “Pengertian”
Kau tak dimengerti hanya dengan sejuta “Definisi”
Garis tangan nampak suci
Bagai kamil puncak maqom para kekasih
Merelakan dirinya menemui Sang Jiwa Terdamba
Aku mengais harap dalam galauku
Ijinkan aku berjumpa jiwaku sejak malam ini
MengenalNya,
Berkarib dengan misteriNya
Hingga mentari tak mampu lagi memberi hangat
Melebihi kemesraan kami
Ijinkan aku menemuiNya sejak malam ini…..!!!
00;00
18-11-08