gema lirih tadarus- menyentuh selapu nadir
mempias!
dari lembah menyisakan madu
The essence of life was empty, as the science of wind
aku adalah apa, bukan aku adalah siapa, aku dalam diri bingkai 3 jiwa, aku adalah aku, menyandang baluran puja dari cela aku adalah aku, yang jujur, yang terkabut luka, aku adalah aku, yang tertulis, dari suratan cinta, terpelanting nista, lalu aku tanya apa??? bukan tanya siapa, bukan pula mengapa aku bertanya, seperti adanya aku tak pernah tahu, apa aku adalah apa, maka kepala berada di telapak kaki, menyangga raga... aku adalah apa???
selalu "selapan hari", 4 pekan aku menantinya
berharap dia kan datang mencumbuiku dengan amsalnya perak
senja selalu mengajakku berlarian ke taman kangen
seluruh angan dalam sukma kasar pun lembutku
memilin diriku ke nadir-nadirmu
malam... selalu memilihku tuk menatap langitnya
menyanyikan lagu asma-mu
kemudian mengajakku berbincang tentang hari-harimu
aku selalu berlari dalam naluri n nuraniku
namun langkah kasadku terbelenggu satya darmaku
menjadi memburu dalam desahku
menjadi cemburu dalam detakku
membeku dalam gerakku
terengah dalam diamku
tersengal dalam tentramku
kini pagi dan telah kembali kepada senja
dan esok kan kembali ke pagi
seperti melewati lorong panjang yang hampa
seperti loncatan dimensi yang sama
selalu "selapan hari", 4 pekan aku menantinya
berharap dia kan datang mencumbuiku dengan amsalnya perak
menjadi bisu
menjadi lesu menjadi kaku
sebab harpaku tak berlagu
sebab langitku tak terpendar cahyamu
sebab wajahmu tertutup gerhana
terbalut kelamnya
*selapan hari (jawa.red)= satu bulan
18;38
160611
Tak ada kata tak ada denada tak ada canda
tak ada alunan manja yang terdengar indra
semuanya menjadi bisu
segalanya menjadi kaku
Telah kubuang kekerasan hati ini,
Untuk menyapa dan menuliskan sebait kata-kata..
agar ritme cerita tetap berkisah
walau langkah tlah terhenti
Pahit terasa saat kenang itu terekam nyata
mendulang ingatan akan peristiwa senja
penyesalan kini terasa menusuk dada
dan hanya maaf terpinta
segalanya tak ku rencana
segalaku terbujuk nista
aku terlahir bukanlah sebagai manusia
yang berani menerjang prahara
luasnya samudera cinta
aku hanya sebuah ironi yang bisu..
Yang berusaha masuk dalam elegi hatimu..
nuraniku tlah mengulang-ulang kata
"Gadis gadis itu bukan untukmu..
Gadis itu bukan jodohmu..
Berkacalah dirimu sebelum penyesalan itu datang.."
Namun diri ini tetap saja
menentang hingga pada suatu penyesalan..
Penyesalan yang membuat aku menjerit..
Penyesalan yang membuat aku sakit..
Penyesalan yang membuat aku hilang..
Maafkan atas segala rasa kagum ini..
Maafkan atas segala rasa yang tertuang..
Maafkan atas kebodohanku..
25 mei 2011
02:56
Selaksa Sabit Yang Kurindu
kini sepi merasuk.
senyum indah bahagia tak lagi terlukis dihati ?
bukankah aku tahu,
kepergianmu untuk cinta yang kau damba?
bukankah aku sadari,
dihatimu tertulis bukan namaku.
semestinya jika aku mencintai
aku kan bahagia dengan kebahagiaan
orang yang aku sayangi.
senyum kini hanya kepahitan
yang dipaksa menjadi manis.
kecut dalam gemuruh riang harapan cinta
aku rindu senyumanmu
senyuman bulan sabit
terlahir dari kasih dan cinta
sepenuh hati
sepenuh jiwa
aku ingin kau selalu tersenyum
dalam damai sejujur hati
selembut rasa.
24-03-11
Kembali larut dalam pagi
Baru beberapa inci kupahat kisah
Tentang Purnama yang terjaga
menemani kesepian
dengan pendarnya
Pagi terlalu dini tlah mati
Senyap menjalar
dari ujung jalan setapak lengang
berkabut
ke mata menembus kornea jiwa
Butiran angin menunduk pada embun
mengharap mentari esok menuliskan
sulur-sulur cerita kan tumbuh liar
memugar kembali dhukha
Dan langkah kaki kemabukan…
Bersama sebuah mimpi
Tentang Purnama setiap hati
Jalan setapak samping jembatan, 23022011
00;58
Hanyalah seserpih angin yang mulai menari
menapaki malam
tanpa debur ombak
tanpa sepoi angin gunung
hanyalah seserpih angin yang mulai menyanyi
dalam rerimbun do'a para pecinta malam
tanpa ritmis
tanpa puja
tanpa sederet wirid yang menarikan hati
hanyalah seserpih angin yang mulai menyapa
menatap jauh pada kerlip bintang
melelakan angan pada hamparan malam
menyusur setapak jalan
hanyalah seserpih angin yang mulai merindu
hanya dalam malam aku kan mampu menatapmu
bintangku
pada bintang, 23022011
00;07
Diriku menyelinap dalam remang jiwaku,
”lalu terdiam”
- kemudian berjalan-
menatap segala atas alam ini
Dari balik kesunyian mata yang terlempar jauh,
Aku dengar desis suara tangis.
Pilu- Sepilu pecinta ditinggal sang kekasih
Tapi dia bukan pecinta, hanya rintihan
teramat sakit dan,
kesedihan...!
Diriku seakan bercakap dengan suara
Yang tiba-tiba kukenali dari serentet cerita
Pusara hati yang rindu
Akan yang terselubung...?
namun, tetes embun tak kunjung turun
kengarai hidup dalam dada
Sekitarku senantiasa dan masih
Bertasbih,
Hanya aku yang tak bisa..
Aku masih kuat dengan anasirku
hanya aku tak sanggup
dan terlalu rentan dengan Cinta(Mu)
Aku terus berharap
Meski dalam takut terdalam
Murkamu...
2904’10
Dan…
Riak air disana semakin meritmiskan
Symfoni kesendirian dimalam ini
Adakah sebait puisi atau lelagu
Tercipta dari nafas halusmu?
Bulan sabit diwajahmu pertanda senyum
Rekah tlah bertebaran disudut-sudut angin.
Melodi-melodi berkisah tentang turunnya hujan
Dipandang harapan tlah terkabar
Gigil diriku mengurai keputusan
Gigil diriku tanpa firasat
Telanjang dari terhunjamnya pilihan
Sedang mawar-mawar terus mekar
Memenuhi impian melingkar
Adakah salam sapa terhias nirvana?
Langit…
Malam ini demam
Keringatnya bercucur derai
Aku semakin menggigil merangkai cahaya disana
Atau sekedar menumbuhkan melati ditaman
Adakah senyumam terias dirahim kelopak bibirmu?
00;07
28-11-08
Jiwaku membawamu dalam do’a, Alina!
Sesekali kuhirup isakan tangisku
Dadaku semakin remuk
Karena angin pagi tak menyuguhi
Mentari
Kesejukan terdamba dipalung jiwa tak terberi
Bisikan senja memberi kabar
Hidupmu Alin, suri dalam dirimu puri
Meski bukanlah aku terucap di dzikirmu
Dan helai munajatmu
Aku tlah cukup dengan gelakmu
Ku tlah cukup dengan senda gurau cedahmu
Ku bahagia dengan sendiriku
Bukan pucat wajahmu
Alina
Meski engkau tak lintaskan harap akan terciptanya
Lukisan ini
Aku tlah cukup bila engkau tahu
Risau jiwaku terhunjam didada
Alina
Kutahu dera didirimu
Takut menatap matamu
Jika engkau kan semakin tersiksa
Lalu Alina…
Angin putih membelaiku mencipta
Kata meski tak pernah sempurna
Tersenyumlah Alina!
Tersenyumlah seanggun Purnama
Tersenyumlah secantik Venus dan Amor
Tersenyumlah
07;15
27 nopember 2008