Diantara babtisan rinai hujan
Merobek tabir-tabir
Dalam hampa urat malam mimpiku kian nyata menelusup ruang logika.
Menyeret. Kemudian menyudutkanku pada dinding
Ke-Agungan-Nya
Lafal luka seakan berkecamuk, tereja sempurna
Saat kerinduan menjadi rapalan mantra yang kian pudar
Berlanjut tanpa ujung, memangku damba dalam puncak jumpa
Dan puja.
Bersama hening senyap aku terkucil, mengerdil dari alam mungil
Hatiku tak lagi inginkan selain-Mu
Namun mimpi suri menggerogoti cinta hati yang panas
Mendamba percintaan seakan sempurna
Kecuali karena, oleh, dan untuk-Mu
Diantara babtisan rinai hujan
Menanti hujan kemustajaban-Mu mengguyur qolbu
Semaikan cinta tak
Ter-Luka
Ter-Fana
10 oktober 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar