Rabu, 19 Januari 2011

E-L-N-A-P-U-R-N-A-M-A-S-A-R-I

Electron- elektron jiwa terdiam hingga kembali menjadi eter saat kutatap wajahmu.

Lentera yang menerangi malam dan kegamanganpun menjadi tiada arti lagi saat cahayamu sungguh terimpi.

Nadir-nadir napas tersentak, berenti, menggumpal dibenak dada, menghimpitku pada kontemplasi keanggunan, saat kuakrabi jiwamu.

Amplitude geletar hati meninggi mencapai kulminasi saat segalanya tentangmu mulai ku kenali.

Putaran –putaran waktu terus mengiringi langkah mendamba perjumpaan abadi tanpa ilusi.

Untaian puisi terindah tak lagi mampu hiasi ruang perasaanku saat penyatuan jiwa terpisah raga terlalu terdamba.

Resonansi desah tercipta menjadi melodi terirama sejuk pagi saat bibir ini terpagut tasbih ketersilapan atas apapun darimu.

Nada angan memukau menjadi permata, saat hati tersentuh senyuman damaimu.

Aksara-aksarapun tersepuh menjadi emas, setiap kata yang terlahir dari nadir napasmu.

Materi-materi nyawa lebur dalam satu ensiklopedi sejarah pencarian suci.

Api-api angkara padam, saat aku terbakar sejukmu yang tak berambigu.

Selaksa kisah terbalut persaksian atas seluruh keAgungan.

Altar- altar pemujaan terbangun sacral disetiap kota batin, saat jiwa tlah rampung merajut situs yang tercecer dalam lumuran nanah.

Ritme tentang kesedihan tak lagi didengar , amsal angin yang bertiup pelan…. Dalam ilusi akal manusia.

Irama merdu, dendang keindahan syahdu dan senyuman dari alam syurga-lah yang kini terlekat sebagai babtisan kata suci diseluruh sendi denada hati- Setelah mampu kugapai, merengkuh utuh- Kesucian Cinta Abadi.

24-09-08

Tidak ada komentar: