angin ini seperti badai menamparku berulang
kala malam melukis sosok wajah dari gulungan kabut
ketika dinginnya meruntuhkan liar asa
ketika anyirnya membunuh nuansa aura
segalanya tertitah hampa
membaur biru cita didermaga sayu
sayup berkelebat asmamu menggaung dihatiku
segala pesonamu membeset kulit ariku
perih terendra dinadir jiwa
tangan kian meraih genggam cahaya
namun naluri menangis meluapkan tlaga
ada seonggok nafas yang tertahan
sebab miris bunga layu
sebelum tiba masanya ranum
segumpal nestapa memenuhi ruang nyawa
menelan kepahitan ludah sendiri
mencoba menyemai kata
sebab jauh dipalung hampa
memimpikan
mekarmu abadi dalam harum ranummu sejati
13 january 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar